Minggu, 20 November 2011

DAN BILAH BILAH NADA PUN BERTABUR EMAS

DAN BILAH BILAH NADA PUN BERTABUR EMAS
(Konser THE GOLDEN FINGERS Piano Ensemble)
 
oleh: Michael Gunadi Widjaya



 
Yang terbayang saat kita menghadiri sebuah konser piano, seringkali adalah rangkaian peristiwa semacam ini : Datang – Pakaian Rapi – Duduk – Pura-pura pasang tampang bagai kritikus musik – Tepuk tangan – Pulang.
Pada Sabtu 19 November 2011 di Istituto Italiano Di Cultura Jl.HOS Tjokroaminoto - Menteng Jakarta, berlangsung sebuah konser piano yang terbebas dari mainstream dan “kebiasaan” semacam itu. The Golden Fingers Piano Ensemble dengan director Jelia Megawati Heru. Konser dibagi dalam 2 sesi. Penampil yang masih siswa berusia anak dan teacher. Semuanya adalah bimbingan Jelia Megawati Heru. Ke-16 penampil (8 students dan 8 teachers) menampilkan 23 repertoire. Dirasa perlu untuk menyebut nama para penampil dalam kaitannya dengan peran mereka dalam konser yang menyuguhkan kesegaran ide dan konsep semacam ini.

Students: Madeline Wiguna, Angel Yoeshwono, Agaputra Oepangat, Lara Yavuzdogan, Michael Mamo, Mustafa Turner, Dira Turner, dan Dioputra Oepangat.
Teachers: Patrisia Trisnawati, Clarissa Rachel, Talitha Theodora, Christine Paulina, Angelica Liviana, Kenia Waty, Amanda Purnama Suci, dan Aprilia.
Para siswa dan guru tersebut mengakrabi bilah-bilah nada dalam setting: 1 Piano for 4 Hands, 1 Piano for 6 Hands, 2 Pianos, 2 Pianos for 8 Hands.

Konser berlangsung dalam venue yang malam itu dirancang bukan sebagai arena resital melainkan ajang komunikasi antara penampil dan publiknya. Jelia mengawali konser dengan keterangan tentang latar belakang diadakannya konser, manfaat format piano ensemble, standarisasi pendidikan musik, hingga apa yang seharusnya dilakukan para guru piano dalam pendidikan musik piano. Semuanya dipaparkan dengan dialog bersama pembawa acara.

Repertoire yang ditampilkan semuanya terarah pada edukasi. Edukasi bagi pribadi para penampilnya.J uga edukasi terhadap para penikmat yang hadir. The Golden Fingers Piano Ensemble bukanlah sebuah resital piano klasik. Bukan pula sebuah resital piano Pop atau Jazz. Golden Fingers adalah sebuah bentuk komunikasi rasa dan proses saling berbagi. Para penampilnya bukanlah kaum pemusik professional.Mereka adalah anak-anak yang dengan permainan ensemble piano,membagikan rasa dan penghayatan estetisnya. Berbagi dan berkomunikasi pada pasangan ensemblenya. Juga kepada yang hadir. Begitupun para guru yang tampil. Mereka, dalam taraf pencapaian tekniknya, seolah memperagakan bentuk komunikasi personal dalam hal keseharian melalui permainan ensemble dan medium bunyi.
1st SESSION - STUDENT'S PERFORMANCE  (Beginner & Intermediate Level)
Sesi student's performance dibuka dengan "Balloon Pop Polka" karya Ruth Ellinger. Dalam format ensemble piano, anak-anak mengalunkan frase polka sambil berinteraksi dengan meniup dan meletuskan balon. Mereka menyampaikan pesan keceriaan dunia anak-anak dengan balon, yang adalah ikon dunia anak. uga ada variasi dari "Twinkle Twinkle Little Star" dan ROCK N ROLL!! Pieces ini dibawakan oleh seorang anak penderita autisme! Tanpa forma ensemble sulit bagi anak autis mengalun frase piano sedemikian.Dalam sesi ini Jelia juga memperkenalkan world rhythm seperti Rumba dan Swing. Piano ensemble memungkinkan seorang anak pada usia dini untuk mengenal dan berbagi pesona estetis pada hal-hal esensial musikal seperti bentuk pola irama dan perubahan aksen.
2nd SESSION - TEACHER'S PROJECT (Late Intermediate & Advanced Level)
Sesi Teachers mengetengahkan bentuk komunikasi yang lebih membumi. Dalam artian, para guru ini mencoba menyampaikan seni komunikasi verbal namun dalam medium bunyi. Repertoire sesi ini juga penuh warna. Dari Tschaikovsky, sampai olahan Kevin Olson dengan harmoni modern yang disonan. Sesi ini dilengkapi wawancara. Dan nampak bagaimana seorang Jelia Megawati Heru sebagai music educator secara pas memberikan trik bagi alunan passage agar dicapai kesehatian para pemainnya. Dari hembusan napas, anggukan kepala sampai gesture. Harus dicermati bahwa dalam sesi ini Jelia mengawal ketat permainan para guru asuhannya dengan ikut bermain.Teknik dan interpretasi para guru tersebut masih berkutat dalam ranah tekstual semata. Nampak bagaimana mereka agak kerepotan dalam  "CARMEN Fantasy" George Bizet yang di re-arranged oleh Kevin Olson. Para guru tersebut memang bukanlah pianis professional. Apresiasi tetap harus diberikan karena bagaimanapun mereka telah jujur dan berani untuk membagi pengalaman musikal dengan sesama dan hadirin.

The Golden Fingers Piano Ensemble telah memberikan kontribusi bagi perkembangan musik di tanah air, khususnya musik piano. Bahwa musik piano bukanlah sebuah seni yang pencapaiannya ngungun nun jauh disana. Musik piano adalah sarana berkomunikasi, berbagi dan saling sublime dalam ranah estetis. Dan yang penting, sebagian publik Jakarta telah berkesempatan menjadi bagian, saat bilah piano malam itu bertabur emas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar