Selasa, 04 Desember 2012

Staccato, November 2012 "Pianolicious Moment" - Konser Edukatif Yang Sungguh Mengedukasi!

“PIANOLICIOUS MOMENT”
KONSER EDUKATIF YANG SUNGGUH MENGEDUKASI! 
Liputan Majalah STACCATO, edisi November 2012


Pada 7 Oktober 2012 bertempat di Istituto Italiano Di Cultura - Menteng, Jakarta berlangsung konser “Pianolicious Moment”. Sebuah konser yang menghadirkan siswa-siswi dari Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu berlangsung meriah. Konser berlangsung dalam dua sesi. Sesi pertama menampilkan siswa-siswi yang berusia anak-anak sampai remaja, pada level beginner, intermediate, dan advanced. Sedangkan sesi kedua menampilkan siswa-siswi Jelia yang telah berprofesi sebagai guru musik dan music instructor, disamping tampil pula kolega dari Jelia.

 

Berbeda dengan konser yang sering digelar, konser Pianolicious Moment adalah sebuah konser yang mengusung nilai edukatif tinggi dan berlangsung sarat nuansa edukasi.

“Life is like a piano, what you get out of it depends on how you play it.
One man gets nothing but discord out of a piano; another gets harmony.
Study to play it correctly and it will give you forth of beauty”

Dalam sambutan pembukaannya, Jelia mengatakan bahwa Pianolicious Moment bukan semata konser atau recital, melainkan sebuah proyek pendidikan musik dengan wahana piano. Yang mana Piano adalah piranti masterpiece dalam ranah musik. Konsep edukatif yang diketengahkan adalah bahwa musik piano tidaklah selalu harus bersifat klasik yang aristokrat melainkan juga bisa sangat passionate dan membumi dalam akar budaya lokal. Sekaligus mengedepankan Piano Ensemble (one piano four hands, one piano six hands, two piano four hands & two piano eight hands) - sebuah bentuk permainan bersama yang sarat dengan tuntunan laku dan moral sosial.


Ditilik dari pelaksanaanya konser Pianolicious Moment adalah upaya Jelia memberi asupan pada para muridnya. Bentuk asupan yang bukan saja teknis dan musikalitas melainkan juga semburat makna bagi kehidupan sehari-hari. Jadi tak berlebihan jika disebut bahwa konser yang Jelia adakan adalah ruang aktualisasi diri bagi para siswanya. Siapa pun mereka dengan segala kelebihan dan kekurangannya, diberi kesempatan untuk membagikan pengalaman estetisnya. Dalam hal yang paling sublim dan subtil yakni musik piano.

Bagi para siswa yang sudah berprofesi sebagai guru, konser ini juga merupakan ruang untuk berbagi pengalaman estetis. Tentu saja juga adalah ruang bagi kapabilitas teknik permainan, pengayaan pengetahuan musikal, dan tentu saja ajang ini adalah ruang bagi para guru untuk senantiasa mengasah kemampuannya agar bisa tetap perform sebagaimana layaknya seorang pemusik sejati. Hal yang sangat krusial dalam hubungannya dengan menjadi panutan bagi para siswanya.

Sesi pertama berlangsung pada pukul 4.30 sore. Audiens yang hadir dapat dikatakan cukup memadati ruangan. Mengawali sesi pertama adalah karya Ruth Ellinger “Balloon Pop Polka”. Untuk dua piano delapan tangan dengan 12 balon. Dibawakan oleh siswa-siswi dari Shining Star kota Tegal. Yang dalam konser kali ini diberi kesempatan oleh Jelia untuk mengaktualisasikan diri.

Kemudian tampil Arda Yavuzdogan, 5 tahun yang membawakan “Dr. Fist and the Black Keys”. Perlu di apresiasi secara khusus adalah penampilan Lara Yavuzdogan dan Madeline Audrey Wiguna dengan dinamika dan deksteritas prima saat memainkan “The Wild Rite & Boogie Woogie” dan “Night of Tarantella”. Juga Dirayati Fatima Turner yang sudah sampai pada taraf eksplorasi tone character. Dioputra Oepangat sempat membuat hadirin memberikan applause panjang saat membawakan “Toccata in E-flat minor, op. 24” karya Aram Khatchaturjan.

Dalam sesi pertama tampil pula duet ibu dan anak, Natasha Aurelia Chen dan Ibu Angela Darmawan. Lalu trio Madeline, Natasha dan Miss Jelia dalam memainkan Martha Mier “Agent 003”. Juga penampilan simple tapi memikat dari Michael Mamo dan Inigo Widjojo. Diperdengarkan pula Beethoven “Für Elise” yang dalam konser Pianolicious Moment saat itu dalam format yang unik, yaitu two pianos four hands oleh Eka Yuni Laheza dan Miss Jelia. 




Sesi pertama diakhiri dengan nomor atraktif “OUT…STANDING” karya Kevin Olson, dengan tiga pemain dimana seorang pemain membawakan partnya secara “out” alias berjalan-jalan sembari membunyikan note bell.

 
Exploration of music in all different kind of genre and piano ensemble form

Sesi kedua diawali dengan duet piano romantis “French Waltz” karya Eugénie Rocherolle oleh Michael Gunadi dan Jelia. Dilanjutkan “Oblivion” dari Astor Piazzolla dengan Michael Gunadi pada classical guitar dan Jelia pada piano. 

 

Kemudian Jazz piano ensemble oleh Jelia, Mery Kasiman dan Yoseph Sitompul dalam memainkan karya-karya Mike Cornick “Blues Piano Duets, Latin Piano Duets, Jazz Suite, dan 3 Pieces for Six Hands at One Piano”. Berbagai genre Jazz dibawakan dengan touch dan nuance yang sangat luar biasa dan membuat audiens tak mampu menahan diri untuk bertepuk tangan meriah.

Dilanjutkan dengan penampilan The Golden Fingers Piano Ensemble. Mereka adalah para guru piano yang di-build oleh Jelia dalam sebuah kelompok ensemble piano yang sangat solid. Golden Fingers terdiri dari Jelia, Angelica Liviana, Clarissa Rachel dan Patrisia Trisnawati, membawakan karya William Gillock “Champagne Toccata” dan Kevin Olson “Scott Joplin Rag Rhapsody”. Juga nomor kontemporer “KEMBEN” karya Michael Gunadi Widjaja dalam genre keroncong dan Dang Dut. Lalu medley lagu daerah “Soleram – Warung Podjok – Yamko Rambe Yamko” yang diaransir Michael Gunadi Widjaja dalam genre Pop dan Jazz. 


Juga tampil kolega Jelia yang terdiri dari para guru Suzuki Piano School. Mereka adalah Erny Gunawan, Carissa Kristianto dan Wely Imelda. Bersama Jelia mereka membawakan “JELIA’S TWINKLE” dari Michael Gunadi Widjaja yang materi musikalnya adalah Twinkle Twinkle Little Star; yang merupakan main method dari Suzuki Piano School.

 


Konser Pianolicious Moment dengan directed by Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu menyemburatkan makna “Music from Passion” yang tidak lagi terbatas dan dibatasi oleh hal-hal normatif yang kaku. Musik piano dapat menjadi sangat unik, lentur dan tetap membumi pada akar budaya lokal sekaligus membuka peluang edukasi dan moral dalam kehidupan sesungguhnya.

Sabtu, 20 Oktober 2012

Memories of Golden Fingers on Pianolicious Moment

 
“Pianolicious Moment”@ Istituto Italiano, 7 Oktober 2012

Satu lagi catatan kecil kenangan Golden Fingers... 
by: Patrisia Trisnawati 

WHY PIANOLICIOUS?
 
Menyimak tema "pianolicious" yang terbayang adalah asyiknya bermain piano... dan bersenang-senang itu pastinya lebih asyik bila bersama-sama dengan orang yg kita sayangi, iya kan? :)

Pianolicious, kata yg tepat untuk konser by Miss Jelia, Minggu 7 Oktober 2012. Konser ini dimulai dengan sesi pertama yaitu Miss J bersenang-senang bermain piano bersama murid-murid tercintanya... menikmati saat-saat konser, memainkan lagu-lagu dalam format piano ensemble, bermain dengan balon, malam kenangan yang indah... kami berpesta!

 

Sesi kedua, pesta berlanjut. Sambutan berupa duet piano dan gitar oleh Miss J dan Michael Gunadi, dilanjutkan dengan menikmati “Champagne Toccata” oleh Golden Fingers, amat terasa suasana pesta yang diciptakan malam itu... trio piano oleh Miss J dan Joseph serta Mery membawakan lagu-lagu bernuansa Jazz, serta tak lupa dimeriahkan oleh lagu bertema Dang Dut dan lagu tradisional indonesia oleh Golden Fingers. 

William Gillock "Champagne Toccata"
(for 2 pianos, 8 hands)

Michael Gunadi Widjaja "Medley Indonesian Folk Songs"
Soleram - Warung Podjok - Yamko Rambe Yamko
(for 2 pianos, 8 hands)

Kami  menikmati Dang Dut-an, juga "bermain gamelan" dalam lagu Kemben serta Medley Indonesian Folk Songs. Golden Fingers,  project Miss J ini telah dibangun beliau lebih dari satu tahun, kami telah saling lebih mengenal satu sama lain, dan inti piano ensembles, yaitu kebersamaan dan kekompakan serta lebih saling mau mendengarkan,telah kami capai berkat gemblengan Miss Jelia selama ini. 

 

Selama sesi latihan, sebetulnya sangat banyak detail yang telah Miss J ajarkan dan bagikan kepada kami, mulai dari posisi duduk yang betul ketika bermain piano, membaca not yang teliti dan tepat (ada juga dalam blog beliau di www.piano-ensembles.blogspot.com), menghitung ketukan dan rhythm dari yang sederhana hingga sulit, sampai pada dynamic dan musikalitas suatu lagu dan jenis lagu tersebut. Benar kata Miss Jelia, bahwa seorang pianis sebaiknya memperkaya dirinya tidak hanya lewat repertoire Musik Klasik. Miss Jelia telah menampilkan berbagai genre lagu-lagu dalam project Golden Fingers, mulai lagu Sleeping Beauty Tschaikovsky hingga lagu Dangdut dan bahkan lagu tradisional Indonesia.

Miss Jelia ingin menunjukkan bahwa bermain piano tidak harus tegang, kaku, stress dan egois. Miss Jelia melalui project-nya menekankan bahwa inti bermain piano adalah menciptakan musik yang indah dari hati, dengan passion, terlebih bisa bersenang-senang bersama. 


 
 

Bertepuk tangan lewat Scott Joplin “Ragtime Rhapsody” (for 2 pianos 8 hands), sambil tersenyum bersama, senang sekali rasanya. Kehangatan dan keakraban terasa diantara kami semua. Lagu yang not dan rhythm-nya cukup sulit bagiku menjadi asyik untuk dimainkan karena bersama-sama kami bersenang-senang dengan lagu ini. 

 Scott Joplin "Ragtime Rhapsody"
(for 2 pianos, 8 hands)

Sebagai penutup di malam itu, Miss J bersama Joseph dan Mery menekan note-bells bergantian, membuka halaman bergantian, dan berganti-ganti posisi pada piano, dengan lagu yang fun dari Kevin Olson “Out...standing”.

 Kevin Olson "Out...standing"
(for 1 piano 6 hands)


"A fun night, a party with the piano and our friends,
that's what pianolicious meant for us..."

Sekali lagi, terima kasih, Miss Jelia, yang telah memberi kesempatan kepada kami masing-masing untuk ikut dlm konser kali ini.

Love u Miss J,


Patris, Clarissa & Livi

Sabtu, 08 September 2012

Pianolicious Moment on Media Indonesia (Sept, 8th, 2012)

PIANOLICIOUS MOMENT
on MEDIA INDONESIA 
Saturday, September, 8th, 2012 - Page 28


 
 link e-Paper on Media Indonesia:

Jelia Megawati Heru, pianis dan pengajar musik alumnus Jerman, akan menggelar konser piano "Pianolicious Moment" yang mengusung konsep Music from Passion. Keduanya akan berupaya menampilkan musik sebagai ungkapan jiwa. Genre yang ditampilkan: Klasik, Pop, Jazz, Musik Komtemporer, Tradisional, dan bahkan Dang Dut yang diramu komposer Indonesia Michael Gunadi Widjaja

Konser itu akan mengedepankan format permainan piano ensembel yang menampilkan permainan piano lebih dari satu orang dalam satu piano. Satu piano dimainkan empat tangan atau duet, satu piano oleh enam tangan atau trio, dan dua piano dimainkan delapan tangan atau kuartet. 

Konser itu juga dirancang interaktif, baik antar pemain maupun antara permain dan penonton, sehingga yang akan muncul ialah musik yang edukatif, bahkan humoris, bagi pendengar awam sekalipun.

Lokasi:  Istituto Italiano di Cultura
               Jln. HOS Cokroaminoto 117, Menteng, Jakarta Pusat

Waktu:  Minggu, 7 Oktober 2012
               16:30 - 18:00 (sesi 1)
               19:00 - 20:30 (sesi 2)

Info    :  www.jeliaedu.blogspot.com 

Ticket : IDR 75.000 (one session only)
              IDR 150.000 (two sessions)

TICKET BOX
0818 288 006; pin: 288A49F3
or
FORTE MUSIC
Jln. Taman Ratu Blok BB 1 No. 1, Jakarta Barat
Tel. 02156958229/Mobile: 0811966535

Read More:  

Sabtu, 18 Agustus 2012

Artikel Audiopro (Agustus 2012) "Kawai Factory Tour"

KAWAI FACTORY TOUR
“THE ULTIMATE DIGITAL PIANO”
Artikel AUDIOPRO, edisi Agustus 2012
Oleh: Michael Gunadi Widjaja



Piano digital sangat berbeda dengan piano elektrik. Piano digital adalah sebuah imitasi dari piano akustik sejati dalam sebuah sistem digital. Ada beberapa merek dan pabrik piano digital. Salah satu yang sudah mendapatkan pengakuan kelas dunia adalah Kawai digital piano.

Beberapa waktu lalu, saya berkesempatan melakukan Kawai Factory Tour atas undangan pihak manajemen PT KAWAI INDONESIA. Dalam Factory Tour ini saya bersama dengan Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu, seorang music educator dan pianis alumnus Jerman. Selama tur, kami didampingi jajaran manajemen Kawai Indonesia, yakni Bapak Suyono (Manager Quality Control) dan Bapak Oki Hermawan Anggawinata (Manager Marketing). Juga Bapak Gunawan dari jajaran manajemen Kawai elektrik dan direktur utama Kawai Indonesia Mr. Hiroshi Ushio dan executive director Mr. Ichiro Matsuda.

 

Pabrik Kawai digital piano adalah sebuah assembly industry yang terletak di Cikampek. Nama resmi dari pabrikan piano digital ini adalah Kawai Electronic Musical Instrument, dan berada dalam unit produksi Kawai Plant 3. Seluruh proses assembly dikerjakan dengan sarana produksi canggih dan pengawasan kualitas yang prima.

Kawai mengeluarkan berbagai tipe dan seri piano digital, dan terbagi dalam empat kategori:
  • Concert Performance series (CP)
  • Concert Artist series (CA)
  • Portable Digital  (ES & EP)
  • Custom series  (CL & CN)
Tiap seri memiliki keunggulan dan fitur untuk berbagai keperluan. Seri CP misalnya, adalah sebuah masterpiece dengan keakuratan bunyi sangat presisi mendekati bunyi Grand Acoustic Piano.

Yang menjadikan Kawai digital piano berbeda dan unggul dibanding piano digital lainnya adalah bahwa Kawai digital piano memiliki area sanpling yang luas, juga sampling rate yang tinggi. Dan modus sampling ini diambil dari Shigeru Kawai, salah satu grand piano terbaik di dunia. Selain itu, mekanisme touch dari Kawai digital piano juga sangat luar biasa. Hammer action menggunakan compound material, yakni wooden dan bahan composit. Sehingga touch dari Kawai digital piano bukan saja mendekati piano sejati, melainkan sudah sangat persis. Touch respond dan sensitivitasnya sangat akurat, hammer action-nya juga memungkinkan untuk mengeksplorasi tone color.

 
 

Dalam pabrik, Miss Jelia sempat mencoba Kawai digital piano seri CP. Dan ternyata seri CP ini sangat mampu mengakomodasi kebutuhan pianis handal seperti Jelia, terutama ketika dilakukan tes dengan fast repeated hammering technique. Mekanisme hammer Kawai sangat mampu mengakomodasi teknik ini, yang di piano digital merek lain amatlah tidak mungkin.

Piano Kawai termasuk salah satu produk piano terbaik di dunia. Bersama Fazioli, Boessendorfer, dan Steinway & Sons. Nama besar Kawai dan ketenarannya merupakan fusi dari kerja keras, visi yang tajam, keterampilan, keuletan, dan yang terpenting penjiwaan slogan bahwa Kawai akan menjadi “The Future of the Piano”

KAWAI DIGITAL PIANO
“Sounds like playing on a real acoustic piano with responsive sensitive keys”

Tur dialokasikan pada Kawai piano factory plant 1, yakni unit perakitan untuk piano akustik dan grand piano. Sesampainya di Kawai plant 1, rombongan disambut Mr. Hiroshi Ushio (Presdir PT Kawai Indonesia) dan Mr. Ichiro Matsuda (Direktur pelaksana). Sebelum melakukan kunjungan ke pabrik, dilakukan presentasi oleh Bapak Rudi seputar Kawai Indonesia dan product knowledge. Menjadi menarik manakala menelisik sejenak hal-hal penting dalam presentasi tsb, agar setidaknya dapat dijadikan inspiratif tentang filosofi dan etos kerja sebuah pabrik piano terbaik di dunia dalam kiprahnya di tanah air.

SEJARAH KAWAI
(dari ki-ka) Koichi Kawai - Shigeru Kawai - Hirotaka Kawai

Kawai Corp. Didirikan oleh Koichi Kawai. Saat ia memasuki usia remaja, Koichi bekerja di industri piano. Dia adalah anggota kunci tim penelitian dan pengembangan dimana untuk pertama kalinya piano diperkenalkan ke Jepang. Seorang penemu berbakat, Koichi Kawai adalah yang pertama kali merancang dan membangun sebuah aksi piano di Jepang. Ia memegang banyak paten untuk penemuannya dan desain. Perbedaan visi menjadikan seorang Koichi Kawai mendirikan sebuah perusahaan piano sendiri. Pada tahun 1927, Koichi Kawai mendirikan laboratorium penelitian instrumen musik Kawai, dan mempekerjakan tujuh orang kerabat lainnya. Sebagai perusahaan muda, satu-satunya yang mendukung mereka adalah semangat untuk musik dan keinginan untuk memproduksi piano unggul. Prinsip-prinsip dasar Koichi dipusatkan pada kualitasm apresiasi musik, dan pencarian keunggulan.


Impian Koichi Kawai diwujudkan oleh Shigeru Kawaithe successor, anak Koichi Kawai – dalam memperluas fasilitas produksi dan mendirikan sejumlah organisasi untuk mempromosikan nilai musik. Pada 9 Agustus 1927 di Hanamatsu, Jepang, didirikanlah pabrik Kawai yang pertama. Hirotaka Kawai, presiden yang ditunjuk pada tahun 1989, tetap berkomitmen untuk menjalankan tradisi yang ditanamkan oleh ayah dan kakeknya. Dalam menegaskan filsafat mereka, ia menyatakan “At Kawai, th quest for perfection is not just an ideal, but a duty”. Di bawah bimbingan Hirotaka, perusahaan memulai sebuah program yang menginvestasikan puluhan juta dollar untuk mengintegrasikan teknologi robotika ke dalam proses manufaktur. Dia juga memimpin pendirian fasilitas manufaktur Kawai di seluruh dunia. Dengan demikian, tradisi kepemimpinan keluarga di Kawai hidup dari generasi ke generasi.

Kawai Indonesia berdiri tahun 2001, memiliki tiga unit produksi. Kawai plant 1 di Tangerang dan Kawai plant 2 & 3 di Cikampek. Akan segera terealisasi Kawai plant 4. Jika Kawai plant 4 terealisasi, maka akan didapat produk piano yang memproduksi semua produk bahan baku piano yang murni buatan Indonesia. Kegiatan utama unit produksi Kawai adalah perakitan piano dengan jumlah produksi 1000 set per bulan untuk piano akustik dan 6000 set per bulan untuk piano digital. Khusus untuk piano akustik, 40% kegiatan produksinya dikerjakan secara manual, sebagai komitmen Kawai akan hand crafted and precision untuk menghasilkan piano terbaik di dunia.

 Master Piano Artisan (MPA)

Semua produksi Kawai ada dibawah pengawasan sangat ketat dari Master Piano Artisan (MPA). Tingkat tertinggi dari MPA ini baru dapat diperoleh setelah 20 tahun mengenyam pendidikan dan tes, termasuk di Eropa.

ABS-CARBON
“The New Composit for Piano Action Millenium”

Masterpiece piano akustik Kawai adalah Shigeru Kawai grand piano. Menggunakan bahan komposit millenium serat karbon yang disebut sebagai ABS-Carbon (ABS: Acrylonitrile Butadiene Styrene). ABS adalah salah satu bahan yang paling dikenal dari semua komposit modern dalam semua aspek kehidupan, seperti telepon, komputer, peralatan rumah, mobil, sepeda, mobil balap Formula One, instrumen gesek, dan pesawat komersial.

ABS-Carbon merupakan bahan yang sangat kokoh dan kaku, dipergunakan untuk membuat bagian-bagian piano action yang berkenaan dengan:
  • Kekuatan - Lima puluh kali lebih kuat dari bahan kayu, sehingga memiliki daya tahan yang kuat dari perubahan suhu/cuaca 
  • Konsistensi dimensi - Secara signifikan lebih konsisten dalam ukuran dan bentuk dari bahan kayu, sehingga memungkinkan produksi nada yang lebih jernih dan presisi
  • Ketahanan terhadap pembengkakan - Tiga puluh kali lebih tahan daripada bahan kayu, sehingga posisi sekrup pada piano action tetap ketat dan hammer tidak mengalami perubahan, memungkinkan untuk melakukan sentuhan (touch), serta produksi kualitas tone yang konsisten
  • Daya tahan (longevity) dalam rentan waktu yang panjang
Desain ringan membuat piano action millenium III ini sangat cepat dan memudahkan pemainnya dalam melakukan pengulangan (repeated hammer action), dan respons bunyi yang luar biasa. Infus serat karbon ke ABS meningkatkan kekuatan material hingga 90%. Dengan ABS-Carbon, piano action dibuat lebih cepat dan ringan. Sekitar 16% lebih cepat dari bahan konvensional pada umumnya, dan tidak terpengaruh oleh kelembaban udara, sehingga hammer mechanism tidak macet seperti jika memakai bahan dari kayu. Dan pemain mempunyai kemampuan kontrol jari yang tidak tertandingi untuk bermain pianissimo. Selain itu Kawai juga dilengkapi dengan agraffes utillity pada bridge agar posisi dawai tidak mudah bergeser.

Kamis, 26 Juli 2012

Piano Concert "PIANOLICIOUS MOMENT" - Sunday, 7th October 2012 @ Istituto Italiano


A Piano Concert
“Pianolicious Moment”
Life is like piano... what you get out of it depends on how you play it
One man gets nothing but discord out of piano; another gets harmony.
Study to play it correctly and it will give you forth the beauty...

Students & Directed by
JELIA MEGAWATI HERU

ISTITUTO ITALIANO
Jln. HOS Cokroaminoto 117, Menteng
Sunday, 7th October 2012
4.30 pm & 7 pm

performing
Classical to Modern Piano Music in all form of Solo & Piano Ensembles
1 piano 2 hands, 1 piano 4 hands, 1 piano 6 hands, and 2 pianos 8 hands

PROGRAM

1st Session
students of Jelia Megawati Heru
(early beginner - intermediate level)

in collaboration with
Shinning Stars Enrichment Center (Tegal)
Ruth Ellinger "Balloon Pop Polka" (for 2 pianos, 8 hands)
Ludwig van Beethoven “Für Elise” (for 2 pianos, 4 hands)
Martha Mier "Agent 003" (for 1 piano, 6 hands)
and many more...

2nd Session
(teacher & professional performers)

Special Performance Duo Guitar Piano
Michael Gunadi Widjaja - Jelia Megawati Heru
Astor Piazzolla "Oblivion"

Featuring: Mery Kasiman & Yoseph Sitompul
Mike Cornick Trilogy (for 1 piano 4 hands)
"Blue Piano Duets"
"Latin Piano Duets"
"Jazz Suite"

Twinkle Twinkle Little Star
Traditional - Jazz - Dang Dut
Arr. Michael Gunadi Widjaja

Golden Fingers Piano Ensembles
(for 2 pianos 8 hands)
William Gillock "Champagne Toccata"
Michael Gunadi Widjaja "Kemben"
Arr. Michael Gunadi Widjaja "Medley Indonesian Folksong"
Kevin Olson "Scott Joplin Rhapsody"

TICKET
IDR 75.000 (1 Session)
IDR 150.000 (2 Sessions)

More information
Michael 0818 288 006, pin: 288A49F3
email: elisabeth.jmh@gmail.com


ABOUT PIANO ENSEMBLES

The piano is pretty much intimate instrument that work fantastically for solo, group ensemble or orchestra. But not many know that piano alone or a bunch of guitars can be an ensemble of its own and entertain us with a rich range of melodies. A piano that is played by two people, three people, or even four people could actually give you less monotone and a more interactive performance to watch.

The importance of the solo pianist in the world of music is beyond question, but the life of solo pianist can be lonely.  The piano ensembles offers a unique opportunity to make beautiful music with another person at the same instrument. While the basic principles of solo performance also applied, playing piano ensembles could be really challenging, for some of the pianists have found themselves playing “duels” instead of “duets”.

One of the hallmarks of any fine musical group is its ensemble. The music should sound as if played by one person. Not only the notes should come precisely together, but in the terms of style and flexibility, allowing the music to breathe...

Piano ensemble is the art of playing music together in the form of 1 piano 4 hands (two people at one piano), 1 piano 6 hands (three people at one piano), 2 pianos (two peoples at two pianos), and 2 pianos 8 hands (four people at two pianos).

The piano ensemble is, on the one hand, a genre or musical medium that stands independently on its own merits, while on the other hand it can be considered chamber music, like string quartet, where the players must be prepared to change roles instantly, from soloist – shaping & projecting melodic lines, to accompanist and back to soloist. Play with different character, and almost limitless possibilities of its own to create a beautiful music.

This is fascinating and ongoing task because music is like a kaleidoscope, constantly changing.  That’s why both verbal conversation in rehearsal and real musical dialogue are essential. A different background, temperament, and preference of each person will bring a colorful musical experience. Certainly, both partners must submerge their egos for the good of the music itself.

The process of merging with another individual in a duo or larger group of musicians, or with an audience, is the essence of communication. This communication is made possible by the silent rhythm that connects everyone. This is what allows for spontaneous magic to lift people into a perfect synchrony where everyone can perform and experience the music as one.

One of the best reasons to play an instrument is to play with others. Not only does it improve your playing. It’s great fun and a great way to make connection with the others in all sorts of ways and locations.

“Never shall I forget the time I spent with you.
Please continue to be my friend, as you will always find me yours”
– Ludwig van Beethoven –


WHY PIANO ENSEMBLES?

Nowadays music lovers often turn to recordings, television, and youtube when they want to enjoy listening at home. In the late 18th & 19th centuries, however, it was both a necessity and a great pleasure to make one's own music at home, often in the form of piano duet. The need for 20 Fingers at the piano, rather than 10 Fingers, was partially due to the desire of music lovers to play piano transcriptions of orchestral pieces, chamber works, and even opera, this being their only way of hearing such music at their own convenience, and finding that two hands were quite inadequate for this task. 

This "reading" of the scores led to a much deeper understanding of the structure and the melodic, harmonic, rhythmic content of the music than the merely passive listening in which we indulge today. The piano ensembles provided the opportunity to hear and study music compositions, and to enjoy a social interaction - making music with a friend, relative, or colleague. The use of the piano ensembles as a means of re-hearing and studying orchestral pieces was only the beginning; the best was yet to come.

Beside the joy that playing together brings, and the recital potential of the young ones (pedagogical use), it also develops musicianship. The ultimate goal for piano ensemble playing is to pay more attention, listen to themselves, others, and hence, to the total sound. "Listening," in this context, compels players to stay together and balance their parts. The art of piano ensembles playing incorporates the many aspects of beautiful, effective solo performance (singing tone, balance, rubato where appropriate, sensitive pedaling, etc.)

PROFILE

Jelia Megawati Heru, M.Mus.Edu.
Music Educator, Lecturer, Music Advisor, and Pianist

Jelia Megawati Heru started learning the piano at the age of 5. She continued learning Classical Piano with different music teachers in Jakarta, such as: Helen Gumanti, BA (USA) and Angelita Chandra, M.Mus. (Belgian).  

In 2001, studied piano with Jongky Goei, Master of Performing Arts, Chairman and Stage Art Manager of Marcia Haydée Ballet in Stuttgart, Germany.  

Then in 2002, she started her study in Music Education for Instrument (Instrumental Pädagogik) at Fachhochschule Osnabrück Konservatorium, Institut für Musikpädagogik – Germany, majoring in Classical Piano with Prof. Ljuba Dimowa-Florian (Hungaria), minor Vocal with Torsten Meyer, Dipl. Mus. (Hochschule für Musik u. Theater Hannover, Germany) and  Jazz Piano with Wolfang Mechsner, Dipl. Mus. (Hochschule Vechta & Münster, Germany).  

During her stay in Germany, besides actively performing and teaching music, Jelia attended many seminars and forum, such as: Forum Musikpädagogik I with Prof. Dr. Hans Günther Sebastian (Frankfurt am Main University); studied Solmisation Technique and Kodàly Technique from Prof. Dr. Malte Heygster (conductor of symphony orchestra Recklinghausen & Bielefeld, head master of Bielefeld music school, chapel master of chamber orchestra Köln and also an author for “Hand Book of Relative Solmisation” – Schott).  

She became an active participant in various chamber music and master class in Germany and other countries, such as: Chamber Music - Prof.  Gerard Chenuet (Nantes, France), Conducting for Ensemble and Choir - Prof. Folker Schramm (UDK, Berlin), Contemporary Music – Prof. Imgard Brockmann (Osnabrück, Germany), Choir Studio, Chamber Choir, Acapella and Arrangement – Prof. Michael Schmoll (Dean of FH. Osnabrück Konservatorium, lecturer, composer and conductor).  

Then she received her Master Degree in Music Education (as Master of Music Education – Dipl. Mus. Pedägogin) in 2005 from FH. Osnabrück Konservatorium with cum laude. In the same year, became an active performer for “Benefit Concert Tour for Aceh” in Hannover, Münster and Braunschweig - Germany.  

In 2006 Jelia went back for good to her homeland Indonesia, was a keynote speaker in Universitas Negeri Jakarta (UNJ, Rawamangun) for Comparison Study of Education System in Indonesia, active as an educator in Deutsche Internationale Schule (DIS – German School, BSD Tangerang) and joined Institut Musik Daya Indonesia since then as lecturer for subjects, such as: Music Education, Music History, History of Music Instruments, Ear Training, Music Theory and Major Piano.  

In 2007, she was a Dean of Institut Musik Daya Indonesia (IMDI) and Faculty of Music Pedagogy & Head of Piano Department. 

In 2008, She's a member of the National Music Ministry of National Education Consortium, which is tasked to develop music education curriculum for music schools in Indonesia. In cooperation with Tjut Nyak Deviana Daudsjah designed and developed Curriculum of National Standarization for Music School in Indonesia (validation by the Federal Government of National Education, known as DEPDIKNAS.  

In 2009, to contribute for the development of music education in Indonesia, she wrote books in cooperation with DEPDIKNAS “Piano Teaching’s Guide: Note-Reading and Piano for Beginner” and “Basic Music Theory (for all Instruments)” as guideline books for general music course in Indonesia. 

Now she is active as a music educator and academic advisor/consultant in various music schools - for updating & upgrading music school curriculum standard, conducting workshops to build & develop music teachers competencies, and conduct teacher’s concert (chamber music and piano ensembles).

Also active as seminator and keynote speaker in various cities in Indonesia - Universitas Negeri Jakarta, Tegal Council of Arts, Sinfonia Music Bandung, First Media Design School of Indonesia, Amazing Music Jogja Festival, and many more... 

Performer in collaboration for music education’s sake, director of piano ensembles projects „Golden Fingers“ She created event that showcased the young teachers that she developed to participated in her music program. The Golden Fingers is not just an usual piano ensembles group, but a pilot project to implement the concept of  “Music from Passion”. Jelia believes that the piano ensemble is not only about playing piano together, but it is an actual effort to liven up the music. “Golden Fingers Piano Ensembles” was invited by the Tegal Council of Arts on March 4th, 2012 at Taman Budaya Tegal, Central Java – as the soft opening for the most representative cultural arena theater of the city with capacity of 1000 seats, professional lighting, and stage. 

Read Golden Fingers Piano Ensembles Reportage
on Kawai Newsletter No. 29, 2012 (distributed all over the world):

William Gillock "Champagne Toccata"

Michael Gunadi Widjaja "Medley Indonesian Folksong"

Albert Lavignac "Gallop March"

Writer for STACCATO - the first classical music magazine in Indonesia, and her blogs (www.jeliaedu.blogspot.com & www.piano-ensembles.blogspot.com) – to shares thoughts and point of view about actualization & the importance of music education to teachers, practitioners, musicians, music lovers, students, and parents; so people could appreciate music more, feel the enjoyment of music, and get inspired by the power of music… “Music from Passion & Music for Life”  

PROFILE SLIDESHOW (Part 1)

PROFILE SLIDESHOW (Part 2)

more about Jelia Megawati Heru: